Pemberian pupuk berimbang dalam kajian
ini bukan berarti memberikan pupuk N, P dan K dalam jumlah seimbang
untuk tanaman padi. Yang dimaksud pemupukan berimbang dalam kajian ini
adalah pemberian pupuk N, P dan K disesuaikan dengan target hasil gabah
yang ingin dicapai, sumbangan hara N, P dan K berasal dari tanah serta
kekurangan hara untuk mencapai target hasil tersebut dengan penambahan
pupuk anorganik dalam bentuk pupuk urea, SP-36 dan KCl. Berdasar teori
dikatakan bahwa hasil gabah ditentukan oleh faktor tanah, tanaman dan
lingkungan.
Faktor lingkungan seperti halnya radiasi
matahari, curah hujan, kelembaban udara dan lain-lain merupakan faktor
yang tidak dapat dikelola oleh manusia sehingga faktor tersebut kita
terima sebagaimana adanya. Faktor tanah dan tanaman merupakan
faktor-faktor yang memungkinkan untuk dimodifikasi sesuai dengan
karakteristik yang diperlukan tanaman padi guna hasil tinggi. Upaya yang
dilakukan untuk memperbaiki kemampuan tanaman berproduksi lebih tinggi
antara lain perakitan tanaman dengan daun yang lebih tegak untuk dapat
menerima cahaya matahari lebih banyak, sistem perakaran yang lebih kokoh
dalam menjelajah lapisan tanah yang lebih dalam, tanaman yang tanggap
terhadap pemupukan, dan lain-lain. Berbagai cara dapat dilakukan agar
faktor tanah dapat optimal untuk menumbuhkan tanaman yang tumbuh di atas
tanah. Pemberian bahan organik ataupun pupuk organik salah satu cara
untuk memperbaiki kesuburan tanah.
Selama ini kebanyakan tanah sawah untuk
budidaya tanaman padi diperlakukan seperti barang tambang dimana tanah
dieksploitasi secara besar-besaran untuk dapat menghasilkan padi dengan
produktivitas tinggi dari musim ke musim tanpa pengembalian jerami padi
sisa panen ke dalam tanah sawahnya. Perlakuan tersebut menyebabkan
kondisi tanah semakin lama semakin tidak mendukung lagi untuk
menghasilkan hasil gabah tinggi. Gejala tersebut diistilahkan sebagai
tanah sakit. Salah satu cara untuk memulihkan tanah sakit tersebut
adalah pemberian pupuk organik atau bahan organik ke dalam tanah
sawahnya. Pupuk organik ataupun bahan organik banyak mengandung unsur
karbon (C) dalam bahan tersebut. Unsur karbon tersebut digunakan oleh
mikroorganisme tanah sebagai sumber energi untuk perkembang biakannya.
Oleh karena itu salah satu cara untuk mengetahui tanah itu subur atau
tidak subur dengan melihat populasi cacing tanah yang hidup di tanah
tersebut. Semakin tinggi populasi cacing tanahnya semakin subur kondisi
tanahnya, demikian pula sebaliknya. Cacing tanah bergerak ke atas dan ke
bawah dalam lapisan tanah. Oleh karena bergerak terus menerus tersebut
menyebabkan tanah ibarat seperti diolah dengan hasil tanah menjadi lebih
remah (gembur), sirkulasi udara dalam tanah menjadi lebih baik, air
yang masuk ke dalam lapisan tanah menjadi lebih cepat dan lain-lain.
Dengan adanya mikroorganisme di dalam tanah maka proses perombakan bahan
organik menjadi lebih intensif. Hasil perombakan tersebut dilepaskan
berbagai hara yang dapat dimanfaatkan tanaman. Berdasar hasil penelitian
diperoleh informasi bahwa sumbangan hara N, P dan K dari tanah sawah
beririgasi mampu mensuplai kebutuhan hara N, P dan K tanaman sampai 60
%, 80 % dan 80 % untuk target hasil gabah sebesar 6 t/ha.. Besar
sumbangan hara N, P dan K dari tanah masing-masing sebesar 50 kg/ha, 15
kg/ha dan 80 kg/ha. Sementara itu untuk target hasil gabah 6 ton/ha
diperlukan hara N, P dan K masing-masing sebanyak 90 kg/ha, 16 kg/ha dan
90 kg/ha. Dengan demikian tambahan hara dari luar dalam bentuk pupuk
urea, SP-36 dan KCl masing-masing sebanyak 110 kg urea/ha, 25 kg
SP-36/ha dan 60 kg KCl/ha.
Untuk mendapatkan hasil gabah 1 ton,
tanaman padi memerlukan hara N sebesar 17 – 18 kg, sedangkan untuk
kebutuhan P dan K masing-masing 3 kg dan 17 kg. Dengan demikian bila
diharapkan hasil gabah sebesar 6 t/ha maka banyaknya urea, SP-36 dan KCl
yang diperlukan masing-masing sebesar 230 kg, 115 kg dan 205 kg. Bila
para petani mau mengembalikan jerami sisa panennya ke dalam tanah
sawahnya, maka mereka tidak perlu lagi memberi pupuk KCl karena 80 %
hara kalium yang terserap tanaman terakumulasi pada jerami. Disamping
itu air irigasi juga mampu mensuplai hara kalium cukup tinggi. Berdasar
hasil pengukuran hara kalium terangkut pada air irigasi Tarum Timur Jawa
Barat menunjukkan bahwa pengayaan (enrichment) hara kalium sebesar 23
kg K2O/ha/musim atau setara.38 kg KCl/ha/musim. Hara kalium terangkut
air irigasi dapat menambah hara tanah sawah yang cukup signifikan.
Semakin subur tanah sawahnya, semakin
sedikit tambahan pupuk untuk makanan tanamannya. Secara teoritis
efisiensi penggunaan pupuk urea sebesar 30 – 40 % sehingga 60 – 70 %
pupuk urea yang diberikan tanaman hilang ke udara melalui proses
denitrifikasi. Sementara itu efisiensi penggunaan pupuk SP-36 berkisar
20 –25 %, sisa P yang tidak terserap tanaman terakumulasi dalam lapisan
tanah. Efisiensi penggunaan pupuk KCl juga relatif rendah yaitu berkisar
30 – 40 % namun hara K yang tidak terserap tanaman tidak hilang ke
udara tetapi terakumulasi di dalam lapisan tanah. Oleh karena itu
pemberian pupuk P dan K tidak harus setiap musim namun dapat dilakukan
setiap 4 musim untuk P dan 6 musim untuk K. Pemberian pupuk P dan K
setiap 4 dan 6 musim sekali ditujukan untuk menggantikan P dan K yang
terangkut tanaman saat panen. Efisiensi penggunaan pupuk urea dapat
ditingkatkan melalui pemberian urea secara split/terbagi yaitu pada
waktu tanaman umur 7-10 hari setelah tanam (HST), 21 HST dan 42 HST,
atau juga melalui monitoring warna daun dengan alat bagan warna daun
(BWD), atau juga dengan pemberian urea tablet yang dibenam ke dalam
tanah.
PENUTUP
Pemberian pupuk anorganik seperti urea,
SP-36 dan KCl perlu dilengkapi dengan pemberian pupuk organik. Kedua
jenis pupuk tersebut dapat saling melengkapi kekurangan masing-masing.
Kelemahan pupuk anorganik antara lain dapat menyebabkan kerusakan
struktur tanah seperti tanah menjadi lebih keras dan pH tanah menjadi
lebih masam namun kelebihannya mempunyai kandungan hara yang tinggi dan
segera tersedia bagi tanaman. Sementara itu kekurangan pupuk organik
seperti kandungan hara yang rendah dan tidak segera tersedia bagi
tanaman namun dapat memperbaiki kualitas tanah. Penambahan pupuk organik
idealnya 2 ton/ha dapat diberikan sekaligus ataupun diberikan secara
berangsur-angsur sampai mencapai takaran 2 ton/ha. Pupuk organik yang
diberikan ke dalam tanah dapat berupa pupuk kandang ataupun jerami yang
dikomposkan. Kombinasi penggunaan pupuk organik dan anorganik
diharapkan mampu menciptakan kondisi yang optimum bagi pertumbuhan
tanaman padi, efisiensi penggunaan pupuk lebih baik dan hasil gabah
lebih tinggi secara lumintu/berkesinambungan (sustainable
Tidak ada komentar:
Posting Komentar