Saat
ini tanaman padi hibrida merupakan salah satu alternatif pilihan dalam
upaya peningkatan produksi dan produktivitas gabah nasional. Sejauhamana
tanaman padi hibrida itu dapat dikenal oleh petani berikut penjelasan
singkat mengenai teknis budidaya tanaman padi hibrida.
Keunggulan Tanaman Padi Hibrida
- Hasil yang lebih tinggi daripada hasil padi unggul inbrida;
- Vigor lebih baik sehingga lebih kompetitif terhadap gulma; Keunggulan dari aspek fisiologi, seperti aktivitas perakaran yang lebih luas, area fotosintesis yang lebih luas, intensitas respirasi yang lebih rendah dan translokasi asimilat yang lebih tinggi;
- Keunggulan pada beberapa karakteristik morfologi seperti sistem perakaran lebih kuat, anakan lebih banyak, jumlah gabah per malai lebih banyak, dan bobot 1000 butir gabah isi yang lebih tingg
- Harga benih yang mahal;
- Petani harus membeli benih baru setiap tanam, karena benih hasil panen sebelumnya tidak dapat dipakai untuk pertanaman berikutnya;
- Tidak setiap galur atau varietas dapat dijadikan sebagai tetua padi hibrida. Untuk tetua jantannya hanya terbatas pada galur atau varietas yang mempunyai gen Rf atau yang termasuk restorer saja;
- Produksi benih rumit;
- Memerlukan areal penanaman dengan syarat tumbuh tertentu.
Tahapan Budidaya Tanaman Padi Hibrida
- Benih dan Persemaian
Benih
padi hibrida hanya dapat digunakan untuk satu kali tanam saja. Artinya,
setiap kali mau menanam, petani harus menggunakan benih yang baru dan
bersertifikat. Penggunaan benihnya berkisar antara 15 - 20 kg / ha.
Persemaian
dilakukan dengan menggunakan sistem basah, dimana lahan diolah dalam
kondisi macak-macak, kemudian dibuat bedengan selebar 1 – 1,25 meter
dan ditinggikan setinggi 5 cm. Lahan persemaian harus sudah siap, paling
lambat sehari sebelum sebar benih. Untuk setiap 1 kg benih dibutuhkan
lahan persemaian seluas 20 m2 atau 300 - 400 m2
untuk penanaman seluas satu ha. Selanjutnya benih direndam selama 12 –
24 jam, kemudian ditiriskan di tempat yang aman hingga berkecambah 1 mm.
Kemudian benih disebar merata dengan kepadatan 1 kg benih per 20 m2 lahan atau setara dengan kepadatan sebar 50 - 75 gr/m2. Sehari sebelum sebar, persemaian dipupuk SP 36 sebanyak 5 gr/m2 dan KCI 5 gr/m2. Setelah persemaian umur 10 hari, tambahkan pupuk Urea 10 gr/m2 luas persemaian.
Sehari
setelah sebar hingga hari ke tujuh, masukkan air pada pagi hari hingga
ketinggian 5 cm dan keluarkan air pada sore hari. Kemudian pada hari ke
delapan dan seterusnya, ketinggian air di jaga 2 - 5 cm. Setelah bibit
umur 15-18 hari setelah sebar atau setelah berhelai daun 5 - 6 helai,
bibit dipindah tanaman di lahan penanaman. Secara periodik dilakukan
pengamatan terhadap kemungkinan adanya organisme pengganggu tanaman
(OPT).
2.Penyiapan Lahan
Penyiapan
lahan merupakan tempat yang baik untuk tanaman,sehingga pengolahan
tanah sangat menentukan keberlanjutan pertumbuhan tanaman padi hibrida.
Lahan sawah disiapkan paling lambat 15 hari sebelum tanam. Pengolahan
tanah dilakukan 2 - 3 kali.
- Pengolahan I, tanah diolah/dibajak dalam keadaan macak-macak. Pengolahan tanah dengan bajak singkal (kedalaman 10 cm-20 cm), sebelumnya tanah digenang air selama 1 minggu untuk melunakkan tanah. Galengan dibersihkan dengan cangkul dan dipopok dengan tanah agar air dan unsur hara pada petakan tidak hilang melalui rembesan Setelah tanah diolah, tanah dibiarkan selama 1 minggu dan digenangi air.
- Pengolahan II, tanah diolah/dibajak dan digaru untuk melumpurkan dan meratakan lahan agar siap ditanami bibit padi.
- Pengolahan tanah terakhir (III), diberikan pupuk kandang atau pupuk kompos jerami.
3.Penanaman dan Penyulaman Penanaman
Penanaman
dilakukan pada saat bibit berumur 15-18 hari setelah sebar, atau bibit
telah berdaun 5-6 helai, dengan sistem tanam pindah (transplanting).
Bila menggunakan sistem tanam tegel dengan jarak tanam 20 cm x 20 cm
,untuk lahan kurang subur atau 23 cm x 23 cm dan 25 cm x 25 cm ,untuk
lahan subur. Dapat juga penanaman menggunakan sistem tanam jajar legowo
(20 cm x 12,5 cm) x 40 cm (untuk lahan kurang subur) atau (20 cm x 15
cm) x 40 cm (untuk lahan subur).
Tanamlah
bibit dengan menggunakan sistem tanam dangkal dengan pada kedalaman 1 –
2 cm, dengan jumlah bibit yang ditanam 1 - 2 batang per lubang atau
paling banyak 2 bibit tanam per lubang tanam. Untuk mendapatkan populasi
maksimal, setelah tanam dilakukan penyulaman terhadap bibit yang tidak
tumbuh/mati dengan bibit yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Penyulaman
dilakukan maksimum satu minggu setelah tanam untuk mempertahankan
populasi yang optimal.
Tabel. Populasi tanaman padi dalam tiap hektar pada
berbagai cara tanam
No
|
Cara Tanam
|
Populasi Tiap Ha
|
% Terhadap Populasi Cara Tanam Tegel
|
1 2 3 4 5 6 7 8 9 |
Tegel 20 cm x 20 cm Tegel 22 cm x 22 cm Tegel 25 cm x 25 cm Legowo 2:1 (10 cm x 20 cm) Legowo 3:1 (10 cm x 20 cm) Legowo 4:1 (10 cm x 20 cm) Legowo 2:1 (12,5 cm x 25 cm) Legowo 3:1 (12,5 cm x 25 cm) Legowo 4:1 (12,5 cm x 25 cm ) |
250 000
206 611
160 000
333 333
375 000
400 000
213 000
240 000
256 000
|
100
> 100
< 100
133
150
160
133
150
160
|
Sumber : Badan Litbang Pertanian 2007.
Berdasar
Tabel di atas, tampak bahwa cara tanam legowo dengan jarak tanam yang
sama mempunyai populasi tanaman lebih banyak 33% - 60% dibanding cara
tanam tegel sehingga hasil gabah diperkirakan akan lebih banyak pula
4.Pemeliharaan Tanaman
Anjuran pemupukan untuk tanaman padi hibrida adalah sebagai berikut.
- Pada pengolahan tanah terakhir (III), diberikan pupuk kandang 2-3 ton/ha atau bila menggunakan pupuk kompos jerami diberikan sekitar 5 ton/ha.
- Pemupukan diberikan paling sedikit selama 3 kali aplikasi yaitu ; pemupukan I, pemupukan II, dan pemupukan III. Pemupukan IV diberikan jika keadaan memaksa untuk diaplikasikan.
- Dosis anjuran pemupukan urea diperkirakan 250 - 350 kg/ha. Sp 36 100 kg/ ha dan KCL 100 kg / ha. Untuk mengetahui tambahan pupuk urea, sebaiknya menggunakan Bagan Warna Daun (BWD).
Waktu dan cara aplikasi pupuk adalah sebagai berikut :
- Pemupukan I, umur 7 - 10 HST: 75 - 100 kg urea + 100 kg SP 36 + 75 kg KCI.
- Pemupukan II, umur 21 – 28 HST: 100 kg urea.
- Pemupukan III, umur 35 - 40 HST: 100 kg urea + 25 kg KCI. Pada saat tanaman menunjukkan keadaan primordia (pembentukan bkal bunga)
- Jika diperlukan pemupukan IV dapat diaplikasikan dengan memberikan 50 kg urea. Apabila warna daun menujukkan gejala kekurangan nitrogen (kurang urea). Dan 10% dari populasi tanaman telah berbunga.
Pada
daerah yang respon terhadap sulfur (S), pemupukan I urea diganti ZA 100
kg/ha. Jika daerah tersebut sering menunjukkan gejala kekurangan Zn,
dilakukan dengan pengeringan air secara berkala dan dipupuk ZnS0410-20
kg/ha bersamaan dengan pemupukan I. Pemupukan dilakukan dengan cara
menebar pupuk merata ke seluruh areal tanam. Pada saat pemupukan dan 3
hari setelah pemupukan saluran pemasukan dan pembuangan air ditutup.
5.Pengairan
Pengairan berselang (intermitten) difokuskan
pada musim kemarau, sedangkan pada musim hujan hanya dilakukan di
daerah yang pengairannya dapat diatur. Cara pengairan berselang adalah:
sewaktu tanam bibit, lahan dalam kondisi macak-macak. Secara
berangsur-angsur lahan diairi setinggi 2-5 cm hingga tanaman berumur 10
HST; Lahan tidak diairi sampai 5-6 hari atau sampai permukaan tanah
retak-retak selama 2 hari kemudian diairi kembali setinggi 5 – 10 cm;
Mulai fase keluar bunga sampai 10 hari sebelum panen, lahan terus
digenangi air setinggi 5 cm, selanjutnya lahan dikeringkan untuk
mempercepat dan meratakan pemasakan gabah dan memudahkan panen.
Pada
dasarnya tanaman padi hibrida tidak banyak berbeda dengan padi inbrida
dalam kebutuhan air untuk pertumbuhannya. Tanaman padi hibrida peka
terhadap kekurangan air pada waktu fase bunting sampai pengisian gabah.
Bila terjadi kekurangan air pada fase tersebut dapat menimbulkan
kehampaan gabah yang pada akhirnya dapat menurunkan hasil. Sejak tanaman
padi ditanam sampai fase primordia bunga (42 HST) tanaman perlu diberi
air macak-macak. Hal ini ditujukan agar tanaman membentuk anakan dalam
jumlah banyak. Namun konsekuensi bila diberi air macak-macak adalah
pertumbuhan gulma yang cukup cepat.
6.Pengendalian Gulma dan OPT
Pengendalian gulma: penyiangan dilakukan dengan alat landak atau osrok.
Penyiangan I, dilakukan sedini mungkin, maksimal pada umur 18 HST (sebelum pemupukan II).
Penyiangan II, dilakukan jika masih banyak gulma yang tumbuh, dilakukan pada umur 30 HST (sebelum pemupukan III).
Penyiangan
III, dilakukan jika masih banyak gulma yang tumbuh, dilakukan pada umur
30 HST (sebelum pemupukan III). Rumput gulma yang dicabut dibenamkan ke
dalam tanah (untuk menambah bahan organik).
Pengendalian
Hama dan Penyakit Tanaman (HPT). Pengendalian HPT dilakukan secara
periodik, dengan cara melakukan pengamatan tiap minggu, mulai dari
persemaian hingga tanaman menjelang panen. Pada 35 hari sebelum menabur
benih, dilakukan pengendalian hama tikus secara serempak. Upaya
pencegahan dan pengendalian HPT dengan menggunakan pestisida hendaknya
mengacu pada konsep PHT. Hama yang perlu diwaspadai adalah: wereng
coklat, penggerek batang, tikus dan walang sangit, sedangkan penyakit
adalah tungro hawar daun bakteri blast. Menjelang panen perlu waspada
terhadap serangan burung emprit,
dikendalikan secara manual dengan jaring.
Strategi
pengelolaan hama dan penyakit terpadu diterapkan dengan
mengintegrasikan komponen pengendalian yang kompatibel seperti :
- menggunakan varietas tahan hama/penyakit,
- menggunakan bibit sehat,
- menerapkan pola tanam yang sesuai, (d) rotasi tanaman seperti padi padi- kedelai/kacang hijau,
- waktu tanam yang sesuai,
- melakukan pembersihan lapangan terhadap singgang yang biasanya dijadikan tempat vektor hama dan sumber inokulum penyakit,
- pemupukan sesuai dengan kebutuhan tanaman,
- penerapan irigasi berselang,
- gunakan sistem TBS (trap barrier system) untuk pengendalian tikus,
- pengendalian kelompok telur, observasi hama dan penyakit secara terus menerus,
- menggunakan lampu perangkap untuk pengendalian hama ulat grayak, dan penggerek batang,
- meningkatkan peran musuh alami seperti labalaba
- gunakan pestisida sebagai alternatif akhir untuk mengendalikan hama berdasarkan hasil pengamatan.
Bila terjadi serangan penyakit kresek,
maka sawah perlu didrainase agar tidak terjadi genangan air di petakan.
Kelembaban tanah menjadi kurang, menyebabkan lingkungan mikro di dalam
rumpun padi hibrida\ menjadi tidak lembab dan perkembangan jamur ataupun
mikroorganisme penyebab penyakit tidak berkembang secara pesat.
7.Penentuan waktu panen
Penentuan
waktu panen merupakan salah satu faktor penting dalam kaitannya
terhadap hasil gabah yang dihasilkan. Bila tanaman padi dipanen terlalu
awal maka akan banyak terjadi butir hijau akibatnya kualitas gabah yang
dihasilkan menjadi rendah, banyak butir mengapur dan beras kepala banyak
yang patah.
Sebaliknya
bila tanaman padi dipanen terlambat maka akan menurunkan hasil gabah
karena banyak terjadi kerontokan gabah, timbangan gabah menjadi lebih
ringan karena kadar air sudah menurun.
Pemanenan gabah yang ideal dilakukan bila :
- sudah 90% masak fisiologi, artinya 90% gabah telah berubah warna dari hijau menjadi kuning,
- bila dihitung dari masa berbunga, telah mencapai 30-35 hari, dan
- berdasar perhitungan dari sejak sebar sampai umur sesuai dengan deskripsi varietas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar